Pages

Subscribe:

Rabu, 15 Februari 2012

LILIN KECIL BERAPI REDUP


 Hay sobat...!!! Akhirnya sang CAHAYA CINTA bisa posting lagi..!!!!
Semoga bermanfaat......!!!
Kali ini aQ posting-in salah satu cerpenku....
 Yang berjudul.......
"LILIN KECIL BERAPI REDUP"

Di pagi yang cerah, matahari menyembul dari kandangnya dengan sinarnya yang hangat. Tapi nggak sehangat senyum Alya pagi ini. Dengan seragam abu-abu putihnya, Alya berjalan pelan menuju kelasnya dan tanpa sepatah kata apapun ia langsungduduk di bangkunya.
          Sedangkan Lila hanya terbengong-bengong melihat kelakuan sahabatnya, yang nggak seperti biasanya.
          “Al, kamu kenapa? Kok mukamu kucel banget?” Tanya Lila pelan.
Alya hanya diam seribu bahasa, bukan kata-kata yang keluar dari mulut mungilnya tapi butiran bening yang keluar dari mata bundarnya.

          “Al,kamu kok nangis ada apa?” Tanya Lila dengan hati penuh tanya.
          “Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke aku….!!!” Lanjut Lila
          “Aku bingung, aku kesel……………….”Keluh Alya.
          “Al, Pak Agus datang, ceritanya dilanjutin ntar aja…..!!!”Ucap Lila memotong cerita Alya.
Ditengah pelajaran, Alya berbisik lirih pada Lila.
          “Lil, nanti aku boleh maen ke rumahmu?”
          “Boleh….,”Jawab Lila dengan berbisik pula karna takut ketahuan Pak Agus, guru ekonomi mereka yang bakal marah kalau tahu ada muridnya yang ramai saat dijekaskan.
Bel istirahat berdering nyaring, Alya sudah tidak sabar ingin berbagi cerita pada sahabatnya itu. Belum sempat Lila bertanya, Alya sudah nyerocos.
          “Lil, ibuku setiap hari menangis atas tingkah ayahku.”
          “Ayahku sering berbohong di belakang ibuku. Selalu memaksakan kehendaknya.”
          “Al,……………….”
Belum sempat Lila meneruskan ucapanya, bel masuk telah berbunyi.
          “Apa,Lil?”
          “Dilanjutkan nanti saja ya,Al….!!!”
Alya hanya menganggukan kepalanya, tanda ia setuju dengan ucapan Lila. Pelajara demi pelajaran dilalui Alya dengan dengan hati gundah dan gelisah. Akhirnya bel pulang berbunyi, saat-saat yang ditunggu Alya.
          “Jadi ke rumahku khan?” Tanya Lila ketika mereka keluar dari kelas.
          “Hmm…….” Jawab Alya.
Mereka segera meluncur ke rumah Lila yang tak jauh dari sekolah. Sesampai di akamr Lila, Alya menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
          “Al, jadi melanjutkan ceritanya apa nggak?” Tanya Lila dengan hati-hati, takut menyinggung perasaan Alya.
          “Hmmm….., karena ibuku curiga dengan sikap ayahku yang semakin lama semakin aneh. Dan bukan seperti ayahku yang bisanya. Akhirnya ibuku menyelidiki penyebab semua itu. Betapa terkejutnya ibuku setelah tahu bahwa penyebab perubahan sikap ayahku adalah seorang wanita yang diam-diam dinikahi oleh ayahku.”
Alya berhenti sejenak untuk mengusap air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya, iapun melanjutkan ceritanya.
Lila hanya diam dan berusaha mencerna cerita Alya, tanpa berani memotongnya.
          “Masalah itu membuat mereka terus bertengkar setiap hari, hingga berakhir perceraian antara ayah dan ibuku. Semenjak itu kesehatan ibuku menurun. Aku juga sangat kehilangan sosok ayahku yang sangat kusayang.”
Lila mengamati Alya dan sepertinya ia sudah selesai menceritakan semuanya.
          “Sekarang kamu tinggal dengan siapa.Al?” Tanya Lila Hati-hati.
          “Aku tinggal dengan ibuku, karena ibuku sangat membutuhkanku. Aku satu-satunya anak dari ketiga saudaraku yang dijadikan sandaran baginya.” Jawab Alya.
Setelah Alya menceritakan semua masalahnya pada Lila, ia merasa sedikit lega. Tapi masih saja hari-hari Alya begitu kelam bagai langit tanpa matahari.
          “Al, kamu nggak boleh terus menerus seperti ini. Kamu harus bangkit, buktikan pada orang tuamu bahwa kamu bisa tanpa mereka, kamu bukan anak yang lemah, kamu harus berjiwa kuat laksana baja..!!!!” Cerocos Lila menguatkan hati Alya suatu hari karena melihat wajah sahabatnya tampak suram setiap hari tanpa ada senyum sedikitpun.
Alya berusaha mencerna kata-kata Lila.
          “Aku harus kuat, aku harus membuktikan bahwa aku bukan anak yang lemah….!!!” Jerit hati Alya.
Awan hitam yang menyelimuti hati Alya telah berganti dengan matahari yang bersinar terang, seterang dan selapang hati Alya saat ini. Dengan semangad yang membaja, alya belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Mencoba bertanya, apa yang dia tidak faham ketika guru menjelaskan.
Dan tak lupa di setiap pertengahan malam, ia slau menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan Tuhanya. Akhirnya perjuangan Alya membuahkan hasil yang manis, ia lulus dengan nilai yang memuaskan. Alya menyadari bahwa perceraian orang tuanya adalah takdir yang tidak bisa dihindari. Dan ia menerima semua itu dengan hati terbuka.
Sungguh Alya bagai LILIN KECIL YANG MAMPU MENERANGI HATI ORANG TUANYA WALAU DENGAN APINYA YANG MULAI REDUP.       

0 komentar:

Posting Komentar